DPRA: Tawuran Antar Pelajar di Lhokseumawe Harus Dicari Akar Masalah

Lhokseumawe – Dinas Pendidikan Provinsi Aceh dan Cabang Dinas Pendidikan Kota Lhokseumawe harus membuat sistem yang terpadu untuk menangani tawuran antar pelajar.

Menurut Anggota DPR Aceh, Tantawi , berdasarkan catatannya, tawuran tersebut sudah terjadi dua kali di Kota Lhokseumawe dan membutuhkan perhatian dan intervensi khusus untuk mencegah terjadinya hal yang sama.

“Langkah responsif harus dilakukan antar sekolah, sehingga tidak ada lagi remaja yang terlibat dalam tawuran,” kata Tantawi.

Ia menambahkan bahwa, para pelajar yang terlibat dalam tawuran ikut membawa senjata tajam, membuat citra dunia pendidikan Aceh menjadi tercoreng dan harus segera turun ke sekolah untuk menemukan akar masalah.

Sementara itu, Direktur Lembaga Psikologi Tandaseru di Lhokseumawe, Lailan F Saidina, mengatakan melalui telepon seluler, kondisi yang dialami pelajar yang terlibat dalam tawuran diduga disebabkan oleh main game atau menonton dengan nuansa kekerasan secara berulang.

“Sehingga terjadi konformitas, di mana seseorang mengubah perilakunya menjadi perilaku yang diterima oleh kelompoknya,” kata Lailan.

Ia menambahkan bahwa perkelahian antar kelompok, terutama diluar Aceh yang melibatkan remaja usia 15-19 tahun, ditemukan memiliki beberapa faktor penyebab perilaku konformitas, seperti ingin menghilangkan beban pelajaran atau melampiaskan kekesalan.

Kedua, karena kesenangan, perkelahian dirasakan menyenangkan meskipun terluka. Ketiga, karena kesetiakawanan dalam kelompok, agar diterima dan dihargai dalam kelompok tersebut.

“Artinya, pengaruh kelompok terhadap perilaku seseorang sangat kuat, bahkan seseorang akan meninggalkan norma individu,” ujarnya.